Ayat Suci Al-Quran dan Hadis Berkaitan Negara Yaman

https://i1.wp.com/mirajnews.com/id/wp-content/uploads/sites/3/2014/06/gerbang-pasar-yaman1.jpg

Al-Quran telah mengabadikan kisah penerimaan penduduk Yaman terhadap ajaran Islam. Sekaligus menandai hubungan akidah antara Yaman dengan Palestina. Kisah ini bermula dari laporan burung Hud-Hud, atas perintah tuannya Nabi Sulaiman, ketika terbang hingga negeri Saba (Yaman).

Di dalam Al-Quran disebutkan,

 فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٍ۬ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۭ بِنَبَإٍ۬ يَقِينٍ * إِنِّى وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةً۬ تَمۡلِڪُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٌ۬ * وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ أَعۡمَـٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ*

Ertinya : “Maka tidak lama kemudian , lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba  suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita  yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan , sehingga mereka tidak dapat petunjuk.“ (Q.S. An-Naml [27] : 22-24).

Berita yang dibawa burung Hud-Hud menggerakkan Nabi Sulaiman untuk menyerukan Ratu Saba’ (sebagian sejarawan menyebut bernama Bilqisatau Balqis) dan kaumnya agar masuk Islam. Hal ini membuktikan kedekatan kedua negeri tesebut walaupun terpisah jarak geografis ribuan kilometer.

Nabi Sulaiman menyeru Balqis untuk menerima ajaran Islam, menyembah Allah Yang Esa. Perintah Nabi Sulaiman,

ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ

Artinya : “Pergilah dengan  suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. (Q.S. An-Naml [27] : 26).

Sampai kemudian Balqis sendiri beserta rombongannya datang ke negeri Sulaiman, di kawasan Al-Aqsha, Palestina. Hingga akhirnya Sang Ratu Bilqis menerima ajaran Islam yang ditawarkan Nabi Sulaiman.

رَبِّ إِنِّى ظَلَمۡتُ نَفۡسِى وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَيۡمَـٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ

Artinya : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. An-Naml [27] : 44).

Dengan terjalinnya hubungan Sulaiman-Balqis, Palestina-Yaman, yang diikat tali iman, maka bersatulah dua wilayah tersebut di bawah naungan Islam dan di bawah naungan Kerajaan Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam.

Al-Quran menyebut sepanjang kawasan dua negeri tersebut Allah berikan keberkahan bagi penduduk dan alam sekitarnya.

وَجَعَلۡنَا بَيۡنَہُمۡ وَبَيۡنَ ٱلۡقُرَى ٱلَّتِى بَـٰرَڪۡنَا فِيہَا قُرً۬ى ظَـٰهِرَةً۬ وَقَدَّرۡنَا فِيہَا ٱلسَّيۡرَۖ سِيرُواْ فِيہَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ 

Artinya : “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan aman.” (Q.S. Saba [34] : 18).

Pada Surat Quraisy, Al-Quran mengabadikan kawasan Yaman sebagai daerah yang sering dikunjungi para pedagang kafilah Jazirah Arab Quraisy.

*لِإِيلَـٰفِ قُرَيۡشٍ * إِیلَـٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ 

Artinya : “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (Q.S. Quraisy [106] : 1-2).

Para mufassir menyebut, perjalanan dagang pada musim dingin adalah ke kawasan Yaman, dan pada musim panas ke wilayah Syam (termasuk di dalamnya Palestina).

Sebagai konsekwensi dari perjalanan dagang tersebut maka penduduk Yaman bertanggungjawab atas keselamatan para kafilah Arab demi kesinambungan perjalanan dagang tersebut. Demikian juga halnya dengan penduduk Syam melakukan hal yang sama demi menjaga kepentingan mereka di Jazirah Arab.

Itulah yang memberikan suasana aman dan keamanan yang memadai, penuh persaudaraan, persatuan dan kesatuan. Suasana luar biasa dibandingkan kafilah-kafilah lain di Jazirah Arab saat itu yang diwarnai dengan perampokan, permusuhan dan bahkan peperangan antarsuku/kabilah masa jahiliyyah, yang kunjung usai.

Dr. Musthafa Luthfi dan N. Hasanah Mustofa,Lc dalam buku Perjuangan Palestina Masa Kini, Longmarch Lintas Bangsa : Indonesia, Yaman, Al-Quds (AWG Press, 2009), mennguraikan, Kedudukan ini menjadikan bangsa Quraisy sebagai rujukan bangsa Arab bila menghadapi persoalan-persoalan penting. Hal ini terlihat pula saat diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dan Nabi penutup, dimana bangsa Arab meresponnya dan secara berbondong-bondong masuk agama Allah.

Dengan demikian tidaklah heran, bila kemudian Allah mengistimewakan kedua wilayah ini pada saat menjelaskan peran ekonomis dan logistis bagi kemudahan kedatangan Risalah Muhammad SAW. Tidaklah aneh pula ketika Rasulullah SAW juga mengkhususkan doa bagi penduduk Syam (Palestina) dan Yaman agar mendapatkan berkah karena hubungan erat antara dua tempat berkah tersebut dengan kota Mekkah dan Madinah.

Doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk keberkahan negeri-negeri di kawasan Syam dan Yaman dalam doanya,

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا

Artinya : “Ya Allah, berkahilah kami di negeri Syam kami, Ya Allah, berkahilah kami di negeri Yaman kami.” (H.R. At-Tirmidzi).

Sahabat Zaid bin Tsabit juga pernah menyampaikan, bahwasanya Nabi SAW suatu ketika mengarahkan pandangannya ke arah negeri Yaman. Kemudian beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam menerima Islam”.  (H.R. At-Tirmidzi).

Doa Nabi ini mengiringi banyaknya penduduk Yaman yang saat itu berbondong-bondong memasuki agama Allah, Islam.

Ini seperti dikemukakan sahabat Abi Hurairah, bahwa  tatkala diturunkan ayat :

إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ * وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجً۬ا * فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُ‌ۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا

Artinya : ”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong”. (Q.S. An-Nashr [110] : 1-2). 

Menjelaskan ayat tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengemukakan, bahwa penduduk negeri Yaman telah datang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya (H.R. Ahmad).

Berkata Imam Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah ketika menerangkan hadits di atas, bahwa  yang demikian itu merupakan pujian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada penduduk Yaman, dikarenakan mereka adalah kaum yang bersegera dalam beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan baiknya keimanan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Utus Sahabat

Memperhatikan kesungguhan penduduk Yaman yang secara berbondong-bondong memeluk Islam. Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus beberapa sahabat untuk berdakwah di sana. Di antaranya adalah ‘Ali bin Abi Thalib ke Shana’a (ibu kota Yaman), Mu’adz bin Jabbal ke Taiz (Yaman Selatan) dan Abu Musa Al-Asy’ari ra ke Zabid.

Sesampainya di sana, mereka bersama penduduk setempat kemudian mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan tempat belajar Islam. Peninggalan bersejarah masjid-masjid itu hingga kini masih berdiri dengan kokoh, yaitu Jami’ Khabir yang didirikan oleh Ali, Masjid Janad oleh Mu’adz, serta Masjid Asya’ir oleh Abu Musa.

Khusus kepada Mu’adz bin Jabbal, yang masuk Islam pada usia 28 tahun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkenan memberikan petuahnya, melalui pertanyaan-pertanyaan beliau, “Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bertanya, ‘Bagaimana kamu menetapkan hukum jika ada suatu perkara yang kamu hadapi?’ Mu’adz menjawab, ‘Aku akan menetapkan hukum berdasarkan Kitabullah. ‘Jika tidak ada dalam Kitabullah?’ Lanjut Mu’adz, “Maka aku akan menetapkan dengan hadits Rasulullah’. Rasulullah SAW bertanya lagi, ‘Bagaimana jika tidak ada dalam Sunnah Rasulullah?’ Mu’adz menjawab, ‘Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan tidak berlebihan’. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menepuk dadanya dan bersabda, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelaraskan utusan Rasulullah dengannya, sebagaimana yang diridhai oleh Rasulullah’.”*(Ali Farkhan Tsani. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Shana’a, Yaman. 

Redaktur Mi’raj Islamic News Agency-MINA/EO2).

Comments