Dibebaskan dari cengkaman Firaun dan Allah janjikan kemenangan atas Baitul Maqdis ternyata tak membuat Bani Israil bersyukur. Lagi-lagi Bani Israil berulah dengan menyuruh Nabi Musa AS berperang sendirian. Alhasil Bani Israil yang fasik akhirnya diganjar hukuman disesatkan di padang pasir Tih selama 40 tahun. Tapi rupanya hukuman itu tak membuat mereka jera, mengapa?
Dikisahkan ketika Bani Israil disesatkan di padang pasir yang panas, Allah ternyata memberikan karunia kepada mereka. Mukjizat berupa naungan awan senantiasa mengiringi kemana pun Bani Israil pergi, makanan terbaik berupa manna dan salwa pun selalu tersedia tanpa perlu diburu dengan susah payah.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. "(Al Baqarah: 57)
Tapi tak dinyana, justru kaum Nabi Musa itu malah meminta makanan pengganti yang lebih rendah untuk mereka. Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَىَ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya. "Musa berkata:" Mahukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta ... "(QS Al Baqarah: 61)
Ibnu Qoyyim mendedahkan bahwasannya Bani Israil telah berada dalam suatu tempat yang luas, udaranya lebih baik, lebih jauh dari penyakit dan kotoran, bumbung yang melindungi mereka dari sengatan matahari adalah awan, makanan mereka salwa dan minuman mereka manna.
Ibnu Zait turut berkata, "Makanan Bani Israil ketika mereka berada di padang sahara (tih) hanya satu macam, demikian pula minuman mereka. Minuman mereka madu yang turun dari langit yang disebut manna, sedangkan makanan mereka burung yang disebut salwa. Mereka hanya makan daging burung dan minum madu; tak ada roti atau makanan lain.
Ibnu Qoyyim juga menuturkan bahawa sudah maklum betapa utamanya jenis makanan dan minuman dari Allah tersebut dibanding dengan jenis makanan dan minuman lain. Ini merupakan salah satu contoh buruknya pilihan mereka serta sekurang-kurangnya pengetahuan mereka mengenai jenis makanan yang bermanfaat dan sesuai, sehingga meminta makanan yang mengandungi mudarat.
Sementara Hasan Al Basri mengatakan bahawa Bani Israil terlanjur terbiasa dengan hal tersebut (makanan yang mereka minta), maka mereka tidak sabar terhadap makanan manna dan salwa. Mereka teringat kepada kehidupan sebelumnya yang biasa mereka jalani. Mereka merupakan kaum yang biasa makan kacang adas, bawang merah, sayur-mayur dan bawang putih (vegetarian).
Oleh karenanya Musa AS berkata, "Mahukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta ... "
Ibnu Katsir menyatakan bahawa pada ayat tersebut terkandung teguran dan celaan terhadap permintaan mereka yang meminta jenis-jenis makanan yang rendah ini, padahal mereka sedang dalam kehidupan yang menyenangkan dan mempunyai makanan yang enak lagi baik dan bermanfaat.
Banyak pendapat mengenai manna, diantaranya ialah cecair putih yang mirip madu walau ada yang berpendapat itu adalah cendawan truffle kerana adanya hadis Nabi SAW yang berbunyi, "Cendawan kam'ah (truffle) berasal dari manna, airnya mengandung obat penawar bagi mata." (HR Bukhari)
Menurut Imam Dzahabi, manna yang turun pada pohon khotmiy yang berasal darinya berwarna putih dan yang tidak berasal darinya berwarna hijau. Kekuatannya bertambah dan berkurang bergantung pohon yang dihinggapinya, bagus untuk dada, bermanfaat untuk batuk dan dapat menghilangkannya.
Sedangkan salwa dikatakan Adz Dzahabi adalah jenis burung puyuh, memakannya menyenangkan hati dan menghancurkan kencing batu, bagus untuk kimus, bermanfaat untuk orang yang sihat dan yang baru sembuh dari sakit. Lalu bagaimana dengan kacang adas?
Dihuraikan oleh Ibnu Muflih bahwasannya kacang adas itu mengganggu orang lain dan menyebabkan perut kembung. Sesungguhnya adas itu disebut bersamaan dengan bawang merah di dalam Al-Qur'an. Kacang adas adalah syahwat yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi daripada manna dan salwa.
Adas mengandungi karakter kematian, panas-kering. Adas juga mengandungi dua sifat yang bercanggah; yang satu mengeraskan najis; sedang yang lain melunakkannya.
Adas sangat berbahaya bagi pengidap melancholia (masalah dengan ampedu hitam) dan membuatnya mengalami mimpi buruk. Adas juga boleh memekatkan darah, juga tidak baik untuk saraf.
Adas sukar dicerna, tidak baik untuk perut, sangat berbahaya bagi orang yang sukar buang air kecil, menghalang kelancaran darah haid, menyebabkan bengkak-bengkak sejuk dan menghasilkan angin yang tebal.
Sekali lagi, akibat prilaku yang fasik dengan menolak kurnia berupa makanan yang baik dan meminta ganti dengan makanan yang rendah kualitinya maka Allah menghinakan Bani Israil seperti yang dinyatakan dalam lanjutan surat Al-Baqarah ayat 61.
"Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) kerana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) kerana mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. "
Semoga umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami oleh Bani Israil. Sesungguhnya dalam Al-Qur'an dan Hadits telah dikemukakan juga mengenai pelbagai makanan yang halal lagi baik. Lalu apakah patut bagi umat Islam mengikuti langkah-langkah Bani Israil?
Comments