Menurut Ibnu Qoyim, Pentingnya "Itu" untuk Suami-Isteri

burung

Hubungan intim suami-isteri, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam At-Thibbun Nabawi (Perubatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cecair yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.

Ulama salaf mengajarkan, "Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesukaran; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan, kerana air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri. "

Muhammad bin Zakariya menambahkan, "Sesiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan semakin lemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima 'dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram. "

Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima 'juga bermanfaat terhadap kesihatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.

Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan pasti berkesudahan faragh, tetapi usaha optimum pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksudkan faragj yang adil adalah orgasme yang boleh dirasakan oleh kedua-dua belah pihak, yakni suami dan isteri.

Mengapa wajib? Kerana faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima ', jika dibiarkan berlarut-larut, dikhuatiri akan mendatangkan mudharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala usaha mencegah hal-hal yang membahayakan perkahwinan yang sah hukumnya juga wajib.

*sumber islampos.com

Comments